Rabu, 04 Desember 2013

Kyra dan Ditmar

Gadis itu berdiri merapat ke tembok. Wajah cantiknya tampak berbinar-binar, tubuh indahnya terbalut gaun pendek berwarna merah muda. Tak lupa sepasang sepatu high heel membungkus kaki jenjangnya. Gadis itu terlihat mempesona, cantik, nyaris tanpa cela. Dan mengundang serigala-serigala lapar di sekitarnya untuk menerkamnya. Tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk gadis sefeminin Kyra. Kafe Liquid malam ini dipenuhi cowok-cowok punk rocker berkostum hitam-hitam. Tak heran, karena malam ini band punk KillMan akan tampil spesial di Liquid. Untuk merayakan anniversary nya tahun ini, Liquid khusus mengundang KillMan untuk menjadi penampil utamanya. Sebuah band punk rock brutal yang identik dengan kesan berandalan, dengan sejumlah fans yang fanatik. Dan kebanyakan fans nya berjenis kelamin laki- laki. Karena itu tak heran jika kehadiran Kyra di Liquid menarik perhatian lelaki-lelaki yang berjubel disana. Di tengah dentum music yang menghentak, di tengah asap rokok yang menyesakkan, di tengah teriakan teriakan histeris penonton yang begitu antusias, Kyra nampak tak tersentuh. Begitu cantik, lembut, feminine dan sangat menggairahkan. Setidaknya begitulah pendapat seorang lelaki bertubuh tegap yang duduk tenang di bar. Dalam keremangan cahaya, lelaki itu telah mengamati Kyra sejak gadis itu melangkahkan kakinya ke Liquid. Gaun merah mudanya langsung menarik perhatian pria itu. Wajah cantik dan tubuh seksi dengan kulit kuning langsat itulah yang selanjutnya membuat sepasang mata elang milik pria itu tak pernah lepas dari Kyra. Tapi gadis itu tampaknya tak menyadari kalau ia begitu mencolok berada di tempat itu. Mulanya ia ragu untuk datang ke Liquid sendirian malam ini. Ia bukannya tak tahu kalau Liquid adalah tempat clubbing yang paling terkenal dengan pengunjungnya yang brutal-brutal. Apalagi dengan pengisi acara band punk rock macam KillMan. Tapi keinginan untuk menonton penampilan KillMan secara langsung mengikis keraguannya. Sejak smp dia sudah mengidolakan KillMan walaupun ia tak pernah mengakuinya. Keluarga dan teman-temannya pasti akan kaget kalau tahu bahwa Kyra si gadis lembut dan putri pertama dari pria paling berpengaruh di kota itu ternyata menggemari band brutal seperti KillMan. Jadi tanpa pikir panjang, ia buru-buru pamit pulang dari pesta ultah Angela dan langsung menyetop taksi pertama yang ia jumpai menuju Liquid. Itulah penyebabnya kenapa ia datang ke showcase band rock dengan gaun seformal ini. Tapi Kyra tak peduli, rasa takutnya menghilang begitu KillMan memainkan lagu kesukaannya. Dan ia pun mulai terbawa suasana, tanpa memedulikan sepatu hak tingginya ia berjingkrak-jingkrak dan ikut menyanyikan lirik lagu yang begitu ia hafal. Ayahnya pasti akan shock kalau melihat putrid sulungnya bertingkah bar-bar seperti ini. Apalagi tunangannya, pasti akan menceramahinya tanpa henti. Kyra tersenyum puas, ternyata memberontak itu nikmat rasanya. Di tengah-tengah pertunjukan, suasana memanas. Penonton menjadi tak sabaran dan beringas. Beberapa orang terlibat bentrok, akibat miras dan marah karena berdesak-desakkan. Barulah pada saat itu Kyra panic. Beberpa cowok kurang ajar mengambil kesempatan untuk mendekati gadis itu. Tiga-empat pria mulai menganggu Kyra dan gadis itu merapat hingga ke pojok dinding. “Manis, sendirian aja nih. Kita temenin ya?” ucap cowok berambut sapu ijuk. Napasnya bau alcohol. Tatapan matanya menelanjangi Kyra. Kyra menggeleng dan mencoba menghindar. Tapi seorang cowok dengan kalung rantai menghalangi jalannya. “ Cantik-cantik sombong. Enaknya kita keroyok bareng-bareng aja, biar dia kapok. Hahahahaha..” kata kata itu disambut gelak tawa teman-temannya. Kyra nyaris menangis, tapi ia mati-matian menyembunyikan air matanya. Di sudut lain, Ditmar yang sedari tadi mengawasi Kyra, menyipitkan mata ketika melihat cowok-cowok mulai menganggu gadis itu. Sebenarnya ia bias saja menolong Kyra dari tadi, tapi ia ingin melihat gadis itu sadar kalau gadis itu sendirilah yang mengundang bahaya. Datang ke showcase band punk rock, dengan gaun seseksi itu, bukan salah cowok-cowok itu kalau mereka tergoda. Tapi Ditmar tak tega melihat wajah Kyra yang panik dan ketakutan. Maka kemudian Ditmar dengan tenang melangkah menyimak kerumunan. Tanpa berkata-kata, Ditmar menyingkirkan gerombolan pria yang mengerubungi Kyra dan meraih gadis itu ke dalam pelukannya. “ Udah nunggu lama sayang?” ucap Ditmar. Kyra, yang masih shock, menatap Ditmar dengan pandangan kosong. Wajah cantikknya tampak pucat. Ditmar merasakan tubuh yang dipeluknya gemetaran, tapi ia masih bisa merasakan kehalusan kulit gadis itu. Aroma wangi samar yang menguar dari tubuh Kyra memabukkan Ditmar. Lekuk tubuh yang didekapnya ini begitu pas dengan tubuhnya sendiri. Ditmar nyaris rela memeluk gadis itu semalaman. Ditmar menatap cowok-cowok itu dengan tatapan menusuk. “ Berani gangguin cewek gue, kalian cari mati ya??!!” bentak Ditmar. Cowok-cowok itu, begitu mengenali Ditmar, keberingasan yang tadi ditunjukkan kpda Kyra langsung surut. Beberapa dari cowok-cowok itu mnurunkan pandangan dan meminta maaf dengan rasa bersalah yang jelas terlihat. Begitu cowok-cowok itu pergi, Kyra langsung melepaskan diri dari pelukan Ditmar. “ Kamu ngapain peluk-peluk aku?” jerit Kyra. Gadis itu mendongak dan menyadari betapa tegapnya tubuh lelaki di hadapannya. Tubuh berotot, tinggi, dengan kekuatan otot yang pas. Kyra tau betul karena ia sudah merasakan otot-otot keras itu saat mendekapnya. Ditmar tersenyum geli. Wajah kerasnya terlihat tampan dan mempesona. “ Kalo aku ga meluk kamu, sayang, kamu uda jadi santapan berandal-berandal itu. Atau kamu nyesel uda ku selametin?” kata Ditmar. Ia begitu menikmati saat-saat ini. Menatap Kyra begitu dekat, hal yang sudah lama ingin ia lakukan tapi baru terwujud sekarang. Ditmar nyaris tergoda untuk mendekap gadis itu lagi dan membungkam bibir cantiknya dengan satu ciuman panjang. Kyra balas menatap Ditmar dengan galak. Ia sudah sering mendengar reputasi buruk cowok ini. Si berandal kota, begitulah julukan Ditmar. Tipe lelaki yang tidak pernah ia temui dalam lingkaran pergaulannya. Dan berdiri begitu dekat dengan pria sejantan ini cukup membuat Kyra gugup juga. “Tapi kan ga harus pake peluk-peluk segala. Dan jangan panggil aku sayang!” protes Kyra. “ Apapun caraku buat nolongin kamu, itu terserah aku. dan aku akan manggil kamu dengan apapun yang aku mau, sayang” jawab Ditmar. “ Kamu tu kurang ajar banget ya!” seru Kyra kesal. “Kamu ngapain disini? ini bukan tempat yang cocok buat kamu. Aku anter pulang ya? “ Terserah aku mau ngapain. Emang kamu siapa, mau nganter aku segala.” “ Ini bukan tempat untuk seorang putri walikota yang terhormat seperti kamu, Sayang. Bahaya. Kamu uda ngalamin sendiri kan tadi?” ucap Ditmar lembut. Tatapannya menelusuri makhluk cantik di hadapannya lekat-lekat. “ Iya Aku tau. Tapi aku ga mau pulang” Ditmar mengerutkan kening. “Kenapa?” “Aku ngefans banget sama KillMan. Aku uda nunggu lama banget untuk bias nonton konsernya langsung” jawab Kyra lirih. Gadis itu menunduk, tak sanggup menantang mata tajam Ditmar. Ditmar menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya. “Aku ga bohong” ucap Kyra, sambil mengangkat mukanya menatap Ditmar. Ditmar masih tidak bergeming. Ia masih sulit mempercayai seorang gadis dari kalangan terhormat menjadi penggemar berat sebuah band punk rock berandalan. Tapi gadis itu berkata sungguh-sungguh, Ditmar bias melihat kejujuran di mata Kyra. “ Oke, kalau kamu emang ngefans berat ma KillMan, ya udah. Silahkan nikmati konserrya” ucap Ditmar akhirnya. Dengan kelembutan yang tak pernah diperlihatkannya, Ditmar mengacak rambut gadis itu. Kyra terpana, apalagi ketiba tiba-tiba Ditmar berbalik dan meninggalkannya. Kyra panik. Tanpa pikir panjang gadis itu langsung menubruk Ditmar dari belakang. “Ditmar, jangan pergi. Tolong temani aku, bentar aja sampe konsernya berakhir.” Kyra memohon. Tanpa berbalik, Ditmar mengangguk. Sepanjang sisa konser malam itu, Kyra terus bergelayut pada lengan kokoh Ditmar. Dan tak jarang pula Ditmar mendekap Kyra erat-erat. Meskipun begitu Kyra tak merasa keberatan sedikitpun, didekap seorang lelaki yang tak begitu ia kenal masih lebih aman daripada menjadi bual-bualan para pria kasar di sekitarnya. Ditmar tampak kokoh, seolah tak terpengaruh dengan kehadiran gadis cantik yang ia dekap dengan penuh perlindungan. Padahal degup jantung lelaki itu berdentam tak beraturan, hatinya mengembang laksana balon udara yang melayang di angkasa. Sejak gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Ditmar sudah mengagumi gadis itu secara diam-diam. Sebenarnya bukan sifat Ditmar untuk bersifat pengecut macam itu. Tapi memang tak pernah ada kesempatan baginya untuk mendekati Kyra. Meskipun mereka tinggal di satu kota yang sama, tapi kehidupan yang mereka jalani sangat bertolak belakang. Kyra tinggal dengan ayahnya yang seorang pejabat pemerintahan, dan Ditmar meskipun keluarganya kaya raya tetapi ia menjalani hidupnya dengan pesta pora dan penuh dengan tindakan criminal. Julukan berandal kota secara tidak langsung menciptakan jarak yang tidak kasat mata antara dirinya dengan Kyra. Gadis itu tumbuh menjadi gadis baik-baik, terhormat dan anggun. Tak lupa kini Kyra telah menjelma menjadi gadis dengan fisik yang sempurna. Perasaan yang telah dipendam Ditmar selama tujuh tahun itu tak pernah padam. Malah semakin berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam lagi, tak peduli seberapa keras Ditmar mencoba untuk membunuhnya. Jadi meskipun semua orang selalu menganggapnya kokoh bagai karang dan segarang harimau, tapi sejujurnya saat ini Ditmar merasa tak berdaya. Ditmar merasa bodoh, tapi ia tak punya kuasa untuk menghentikan perasaannya yang terasa seperti melayang. Ditmar merasa tak rela melepaskan Kyra ketika lagu terakhir telah selesai dikumandangkan. Gadis itu tampak kusut, tapi ekspresi wajahnya malu-malu. Ditmar makin tergila-gila dibuatnya. “ Ditmar, makasih ya?” ucap Kyra. Saat itu mereka telah berada di depan kafe, suasana sudah lengang. Jam sudah menunjukkan pukul 2 dinihari. “ Ga masalah. Kamu pulangnya gimana? Aku anter ya?” “Ga usah, aku ga bisa pulang ma kamu…” tolak Kyra. Ditmar merengut. Alis tebalnya menyatu. “Kenapa? Ada yang jemput kamu?” “ Ga kok, ga ada yang jemput aku…” “ Lha terus? Ko ga mau aku anter pulang?” cecar Ditmar. Hening. Kyra menunduk, meremas-remas jari jemarinya. “ Aku ga bisa pulang kerumah. Aku uda ijin nginep di rumah Angel malam ini. Tapi tadi aku bohong ma Angel, aku bilang ga jadi nginep dirumah dia, terus aku kesini. Sekarang aku bingung mau pulang kemana” ucap Kyra. Ditmar terhenyak. Dia kaget, satu lagi kejutan yang ia temui dari diri Kyra. Gadis ini berkorban begitu banyak hanya demi menonton KillMan. Betul-betul suatu yang luar biasa. “ Kamu bohong ma orang tua kamu juga?” Tanya Ditmar. Kyra mengangguk. “ Kalau aku jujur aku ga mungkin dikasih ijin. Aku juga ga bias bayangin apa akibatnya kalau ayahku tahu aku ada disini sekarang” “Terus sekarang mau kamu gimana?” “Aku juga ga tahu. Aku bingung” Ditmar termenung sejenak. Lalu tanpa kata-kata Ditmar menarik lengan Kyra menuju ke mobilnya yang diparkir tak jauh dari situ. Kyra menurut tanpa banyak protes. Ketika mereka sudah naik Jeep Ditmar dan menyusuri jalanan kota, barulah Kyra bersuara. “ Ehmm,,,Ditmar, kamu ngajak aku kemana?” “ Ke apartemenku” jawab Ditmar tanpa menoleh. Dia bisa merasakan tubuh gadis yang duduk di sebelahnya menjadi kaku dan menegang. Kyra menatap Ditmar dengan mulut menganga. Asli kaget abis. “Kamu bercanda ya?” ucap Kyra akhirnya. “Aku serius” “Aku tidur di apartemen kamu?” otak Kyra masih belum menerima gagasan itu dengan baik. “Yup” “Ga bisa ga bisa. Aku masih suci, tau. Aku ga mungkin tidur di apartemen kamu. Aku harus menjaga kehormatanku.” Mendengar itu, Ditmar malah tertawa terbahak-bahak. Kyra makin cemberut. Dipandanginya Ditmar dengan kesal. Makhluk bar-bar ini malah tertawa, padahal situasinya ga lucu sama sekali. Minimal buat dia. “ Sayang, aku ga niat merenggut kehormatanmu, ga niat menodai kesucian kamu, aku ga selera buat macam-macam ma kamu. Niatku cuma satu, cuma nolongin kamu. kalo kamu ga suka dengan caraku nolong kamu, terserah. Yang pasti kalo kamu ga mau, yang rugi kamu sendiri. Buat aku sih ga ngaruh apa-apa.” Ucap Ditmar tenang, namun terdengar nada geli dalam suaranya. Kyra semakin cemberut, tapi ia tahu ia tak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya, Ditmar mengulum senyum puas. Malam ini sungguh malam yang luar biasa bagi Ditmar. Selama tujuh tahun ini ia berusaha keras untuk bisa mendekati Kyra, tapi tak pernah berhasil. Dan sekarang setelah ia cukup berhasil menekan hasratnya untuk memiliki Kyra, tiba-tiba saja takdir memberinya kesempatan untuk dekat dengan gadis itu. Bukan hanya sekedar dekat, tetapi sangat dekat karena dalam sekejap ia punya kesempatan untuk memeluk gadis itu. Bahkan malam ini gadis itu akan tidur di atas ranjangnya. Ditmar tersenyum puas. Takdir sudah memberinya isyarat bahwa ia berjodoh dengan Kyra dan Ditmar meyakini hal itu. Dan keyakinannya itulah yang membuatnya tak akan pernah melepaskan Kyra mulai malam ini. *** Kyra menatap ragu pintu di hadapannya. Sementara Ditmar dengan ketenangan luar biasa membuka dengan mantap. Suara derit pintu yang terbuka mengagetkan Kyra. “Mau masuk ga?” tegur Ditmar lembut. Kyra buru-buru menyusul Ditmar masuk ke apartemen pria itu. Begitu lampu dinyalakan, ruangan luas berantakan itu membuat Kyra terkaget-kaget. Ruangan itu terkesan luas karena tidak ada sekat yang memisahkan antara tempat tidur, dapur, studio gambar, dan sofa besar di depan televisi. Keseluruhan ruang itu terkesan luas, berantakan, kacau, dengan kesan maskulin yang begitu kuat. Tidak ada satu sudut ruangan pun yang terkesan lembut atau feminine. Maka tak heran kalau Kyra merasa tak nyaman berada di tempat itu. Tempat itu sangat bertolak belakang dengan kepribadian Kyra. “Kamar mandi di sebelah sana. Kalau kamu laper cari aja makanan di kulkas. Atau kalau mau nonton tivi tinggal nyalain aja tivinya.” Ucap Ditmar sambil lalu. Lelaki itu segera menghampiri sudut ruangan di sebelah jendela yang ia jadikan studio gambarnya. Ditmar senang bekerja sambil menikmati pemandangan langit dan kota di bawahnya. “ Emm..Ditmar..aku boleh pinjam baju kamu ga,,aku ga bisa tidur pake baju kaya gini” kata Kyra malu-malu. Ditmar setuju dengan ucapan Kyra itu. Kalau Kyra tidur dengan gaun itu di atas tempat tidurnya, Ditmar tidak yakin ia bisa menahan gairahnya. Membayangkan hal itu saja sudah membuat Ditmar merasa darahnya memanas. Ditmar melemparkan sehelai kaus usang ke arah Kyra. Kyra memeriksa kaus itu dengan ragu. “ Tenang aja. Kausnya bersih kok. Cuma kainnya aja yang udah usang” Kyra mengangkat bahunya pasrah. “Aku pinjem kamar mandinya ya?” Berbeda dengan ruangan apartemen yang berantakan dan tidak teratur, Kyra cukup takjub dengan keadaan kamar mandi yang bersih. Kamar mandi itu justru harum, walau bukan aroma peach kesukaannya. Di depan wastafel terdapat beberapa botol sabun pembersih dan gelas berisi pasta gigi. Kyra meraih satu botol, membaca labelnya, dan menyadari kalau itu botol aftersave pria. Botol kedua yang diraihnya adalah botol sabun. Kyra membuka tutupnya, dan mencium aroma maskulin pria. Karena tak ada pilihan lain, Kyra memakainya untuk membersihkan badannya. Ditmar tak mampu berkata-kata ketika melihat makhluk cantik yang keluar dari kamar mandinya. Gadis itu melebihi semua fantasi yang pernah ia bayangkan. Kyra mengenakan kaus usangnya, yang anehnya terlihat begitu indah melekat di tubuh Kyra. Kaus itu menutup tubuh Kyra sampai ke atas lutut, sementara lengannya mencapai siku. Rambut cokelat ikalnya tergerai sampai ke punggung. Tanpa riasan wajah, Kyra terlihat sangat cantik, muda, polos, rapuh, namun juga sangat seksi. Ekspresi malu-malunya semakin membuat Ditmar sulit menahan diri. Untuk mengalihkan pikirannya dari bagaimana rasanya mencumbu gadis itu sampai lemas, Ditmar melemparkan pandangannya ke jendela. Langit pekat diluar sana cukup membuat pikiran Ditmar sedikit jernih. Dengan frustasi Ditmar menghembuskan nafas panjang. “Ditmar, aku tidur dimana?” Tanya Kyra. Gadis itu tengah mengitari seisi ruangan, menyentuh barang-barang yang menurutnya menarik. Ditmar menunjuk ranjang satu-satunya. “ Lalu kamu tidur dimana?” “Aku sih gampang. Di sofa bisa. Ga tidur juga ga apa-apa.” “Ko gitu? Beneran kamu ga apa-apa kalau aku tidur di ranjang?” “Emangnya kenapa, Sayang? Apa kamu pengen aku tidur di ranjang juga bareng kamu?” jawab Ditmar dengan kurang ajar. Kyra langsung terkesiap. “Ih enak aja! Kamu jangan kurang ajar ya! Jangan deket-deket aku pokoknya.” Bentak Kyra sok galak. Ditmar tertawa melihat tingkah Kyra itu. “ Kamu kira aku takut dengan ancaman kamu? Kalau aku mau, aku bisa nidurin kamu malem ini dan kamu ga akan bisa berbuat apa-apa selain pasrah” ketus Ditmar. “ Aku juga ga takut diancam kaya gitu. Kalau kamu macem-macem ma aku, aku bisa teriak.” “ Teriak? Ga ada yang mau nolong kamu, sayang. Disini ga akan ada orang yang mau gangguin tetangganya yang sedang berduaan dengan gadisnya yang sedang menjerit-jerit. Mereka ga akan mau dianggap menganggu orang lain bersenang-senang”. Kyra melongo, baru ketika ia memahami kata-kata Ditmar itu, gadis itu langsung marah. Dengan kesal dipukulnya bahu Ditmar dengan kepalan tangannya. Mulanya Ditmar diam saja tanpa reaksi. Pukulan dari lengan-lengan selembut Kyra tak berarti apa-apa pada tubuhnya yang keras. “ Jangan mentang-mentang kamu nolongin aku terus kamu bisa kurang ajar ma aku ya! Aku uda tunangan. Ngerti?” balas Kyra sambil memperlihatkan jari manisnya yang berhias cincin bermata berlian. Ditmar langsung meradang begitu menyaksikan hal itu. Tatapan matanya berubah beringas. Kyra langsung mengerut ketakutan. “ Kamu pikir aku ga bisa ngrebut kamu dari tunangan brengsekmu itu? Kamu pengen cincin berlian? Aku bisa ngasih yang jauh lebih besar dari itu!” Kyra mundur ketakutan. Langkahnya berhenti begitu kaki belakangnya menyentuh pinggiran tempat tidur. Dimatanya, saat ini Ditmar adalah binatang buas yang beringas. Wajar kalau Kyra ketakutan. Ia ingat berandal-berandal yang tadi menganggunya di kafe. Cowok-cowok berandal itu saja langsung ketakutan begitu dipelototi Ditmar, apalagi dia sekarang. Sendirian pula. Di ruang tertutup. Hanya ada dirinya dan lelaki garang ini. Menyadari kalau Kyra tak bisa lari ke mana-mana lagi, Ditmar menyentakkan lengan Kyra hingga gadis itu jatuh merapat di pelukannya. Ia senang melihat sorot ketakutan di mata gadis itu. “ Dan aku bisa memberikan apa yang ga bisa diberikan oleh tunanganmu” Kyra menatap Ditmar dengan perasaan takut dan bingung. Apa maksud ucapan lelaki itu? Belum hilang kebingungan Kyra, tiba-tiba ia merasakan rambutnya ditarik, hingga kepalanya terdongak ke belakang. Ciuman panas serta merta menyerbu bibir manis Kyra. Kyra tak sempat menolak karena saking kagetnya. Tanpa ragu Ditmar memanfaatkan kepasrahan Kyra dengan melumat bibir gadis itu lebih dalam, lebih ganas lagi. Kesadaran Kyra datang terlambat, saat Kyra berusaha melepaskan diri dari dekapan Ditmar, Ditmar sudah tak bisa dihentikan. Ditmar nyaris kesetanan. Otaknya tak lagi mampu mengendalikan keinginan tubuhnya. Manis bibir Kyra mengacaukan kendalinya, kelembutan kulit gadis itu sangat memabukkan dirinya. Ditambah lagi hidungnya mencium samar aroma body wash nya di tubuh Kyra, campuran aroma body wash maskulin dan aroma tubuh feminine gadis itu membangkitkan gairahnya. Kekuatan Kyra tak mampu mengimbangi Ditmar, sehingga ia tak bisa berbuat banyak ketika Ditmar mendorognya rebah di atas ranjang. Kyra yang baru pertama kali merasakan hangatnya bercumbu dengan seorang lelaki, takjub dengan reaksi tubuhnya saat Ditmar menyentuhnya. Perasaannya justru luar biasa, indah, walaupun Kyra sadar apa yang terjadi itu merupakan sesuatu yang salah. “ Dit..mar…” desah Kyra, tak berdaya antara menolak dan menikmati. Ditmar yang tengah menggeluti tubuhnya cuma menggeram tak jelas. Kyra nyaris tak menyadari kalau kaus pinjamannya telah raib dari tubuhnya. Pantas saja Ditmar begitu asyik dari tadi, tak melepaskan Kyra sama sekali. “Ditmar, tolong, hentikan..” Tak ada reaksi. “ Ditmar, aku uda tunangan.” Ditmar mengangkat kepalanya, menatap gadis yang terbaring di bawah tubuhnya. Kyra nampak kusut, namun luar biasa seksi. Tubuhnya yang nyaris telanjang terdapat memar-memar kemerahan akibat cumbuannya tadi. “ Suruh tunanganmu itu pergi ke neraka” balas Ditmar. “ Gak bisa. Bentar lagi aku nikah sama dia” “ Itu yang kamu mau?!” sentak Ditmar. “ Iya. Lebih dari apapun di dunia ini.” “ Karena dia kaya?” “Karena aku cinta ma dia.” “Bohong.” Ditmar merengut, gairahnya langsung surut seketika. Kyra mengambil kesempatan itu untuk beringsut bangkit dari tindihan Ditmar. Diraihnya selimut untuk menutupi tubuhnya. “ Dia ga bakalan bisa bikin kamu bahagia” kecam Ditmar. “ Kamu ga tau apa-apa tentang hidupku.” Ditmar menatap Kyra lekat-lekat, tatap matanya tajam menusuk. “ Aku tahu. Aku tahu segalanya tentang hidupmu” ucap Ditmar sungguh-sungguh. Kyra terpana. Tiba-tiba ia menyadari kalau ia tidak tahu apa-apa mengenai Ditmar. Ia hanya tahu kalau Ditmar adalah berandalan yang menjadi musuh di kota tempat mereka tinggal. Kyra tak pernah bergaul dekat dengan Ditmar sehingga ia tak tahu sifat sebenarnya dari lelaki ini. Tapi meskipun begitu Kyra langsung merasa aman bersama Ditmar. Rasa itu begitu familier baginya, terasa nyaman dan menenangkan. “Aku ga tahu apa maksudmu” ucap Kyra akhirnya. Rasa malu menyelinap ketika kesadaran bahwa ia dalam keadaan setengah telanjang di hadapan seorang pria yang tidak ia kenal baik. Semburat merah mewarnai pipi mulusnya. “ Kamu ga pernah ngelakuin ini sama Fares kan?” Tanya Ditmar. Kyra kaget karena ternyata Ditmar tahu nama tunangannya. “Fares ga pernah bisa ngelakuin hal seperti ini sama kamu kan? Lihat dirimu sekarang. Aku bisa dengan mudah menelanjangimu padahal kita belum sehari bertemu” Ucapan itu membuat Kyra merasa seperti ditampar. Kata-kata itu menusuk bukan karena tidak benar, tapi justru karena kebenarannya. Fares memang tidak pernah mencoba berlaku mesra kepadanya. Hanya sebatas pegangan tangan, cium pipi dan rangkulan lengan di bahu. Fares selalu bilang kalau ia sangat mencintai Kyra, karena itu ia bersedia menunggu sampai mereka menikah. Itu pula yang menyebabkan Kyra tak bisa lepas dari Fares. Kedewasaan Fares selalu membuatnya tenang. Kyra dilanda keraguan. Rasa malu yang mendera, bingung, dan lelah membuat Kyra tak bisa menahan air mata yang menerjang keluar. “Kamu emang brengsek!” jerit Kyra. Satu minggu kemudian.. Kyra menutup pintu ruang kelas dengan lelah. Hari ini murid-muridnya nakal semua. Energinya terkuras habis untuk mengajar mereka. Diliriknya jam tangannya, pukul dua kurang seperempat. Ia tak punya waktu untuk makan siang karena pukul 2 kuliahnya dimulai. Mana dosennya kelewat disiplin, tidak mau mentolelir alasan keterlambatan apapun. Dering ponselnya menyadarkan Kyra dari lamunan. “Kyra, aku ga bisa jemput kamu. Aku ada meeting mendadak siang ini” kata Fares di ujung telpon. “Kok mendadak banget sih. Kan kamu uda janji mau jemput aku. Kamu kan uda lama ga pernah jemput aku lagi” jawab Kyra. Ada nada kesal dalam suaranya. “Aku minta maaf, Ra. Ini pertemuan penting banget, dengan klien besar dari Jepang. Mereka minta ketemu sekarang karena 2 jam lagi mereka balik ke Jepang” Kyra menarik nafas panjang. “ Ya udah deh ga apa-apa. Aku bisa pulang sendiri naek taksi.” “ Maksih Ra, aku tutup dulu. Kamu hati-hati di jalan, jangan mau dikasih tumpangan orang asing, dari kampus langsung pulang ke rumah” nasihat Fares. “iya iyaaa….” Sahut Kyra jengah. Kyra melangkah dengan gontai menuju depan sekolah dasar tempatnya mengajar. Uh, panas banget, mana laper lagi. Fares selalu aja sibuk. Selalu ga ada kalau Kyra sedang membutuhkannya. Taksi yang ia tunggu pun tak segera muncul. Tiba tiba sebuah Jeep yang samar-samar dikenalnya berhenti tepat di depan Kyra. Sesosok pria gagah terlihat di balik kemudi ketika pintu mobil terbuka. “Masuk. Cepetan ” perintah Ditmar. Kyra terpana, kaget. Rasa malu begitu ia ingat kejadian seminggu yang lalu membuat kedua pipi mulusnya merona merah. “Ga mau!” kata Kyra sambil membuang muka. “Aku anter ke kampus” Kyra kaget lagi. Kok Ditmar tahu kalau ia mau ke kampus? “Mau ga? Kalau ga mau aku tinggal lho.” Dengan muka cemberut Kyra masuk ke mobil juga. Tak ada percakapan lagi hingga mobil melaju di jalan raya. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Masing-masing saling mengamati yang lain lewat ujung mata. Hari ini Ditmar kelihatan tampan, batin Kyra. Tidak kelihatan terlalu garang dengan kemeja hitamnya. Baru sekarang Kyra melihat ada tato di lengan kirinya. Entah apa gambarnya, Kyra tak tahu. Yang pasti kelihatan menyatu dengan penampilan Ditmar, lagipula Kyra selalu menyukai tato. Kyra ternyata begitu cantik dalam balutan kemeja putih ketat dan rok mininya. Rambut cokelat panjangnya disanggul rapi, namun ada beberapa helai yang terlepas membingkai wajah cantik gadis itu. Kyra terlihat lelah dan sedikit pucat, namun tak sedikitpun kecantikannya luntur. Saat mereka berhenti di lampu merah, Ditmar meraih sebuah kantong kertas cokelat dari bangku belakang. Tanpa kata diberikannya kantong itu kepada Kyra. Kyra menerimanya dengan bingung. “ Ini apaan?” Tanya Kyra. “Buka aja.” Kyra takjub ketika membuka bungkusan itu ternyata isinya beef burger, kentang goreng dan milkshake. “Ditmar? Ko kamu tahu kalau aku lagi laper banget banget? Aku makan ya!” jerit Kyra girang. Ditmar tersenyum, merasa puas karena ia telah melakukan tindakan yang benar. Sejurus kemudian Kyra sudah menyikat habis makanan itu dengan lahap. “Dasar rakus” ejek Ditmar. Kyra meleletkan lidahnya. “Biarin” Tak berapa lama kemudian mereka telah sampai di depan kampus Kyra. Sebelum turun, Kyra menyempatkan diri untuk mengucapkan terimakasih. Walaupun ia masih kesal pada lelaki ini, tapi hari ini Ditmar sudah menolong dirinya. “Ditmar, makasih banyak ya uda nganter aku, uda beliin aku makan siang juga” kata Kyra. “Cuma itu doang?” balas Ditmar. Kyra yang hendak membuka handel pintu, mengurungkan niatnya. “Maksud kamu apa?” “Kamu yakin ga ada yang lupa?” “Apa? Enggak ada kok” jawab Kyra kebingungan. “Kamu lupa ini sayang…” tiba-tiba Ditmar meraih Kyra dan mencium bibir gadis itu dalam-dalam. Kyra tersengal-sengal mencari udara, tak menyangka Ditmar akan melakukan hal seperti itu. Ketika Kyra mulai hanyut dalam ciuman memabukkan itu, Kyra sadar kalau ia ada di depan kampus yang ramai. Serta merta di dorongnya tubuh Ditmar. Sambil mrngusap bibirnya yang terasa bengkak, Kyra buru-buru keluar dari mobil. “Dasar brengsek!” Kyra bersungut-sungut. Masih didengarnya suara tawa puas pria itu. Baru seminggu ia mengenal pria itu dan dalam kurun waktu sesingkat itu ia sudah belajar banyak kata-kata makian. Kelakuan kurang ajar Ditmar memang selalu mengundang sumpah serapah. “Kyra!” panggil seseorang. Kyra menoleh, mendapati Angel berlarian kecil mengejarnya. Sahabatnya itu berwajah manis dengan rambut pendek sebahu. “ Angel. Baru aja aku mau sms kamu” “Barusan itu Ditmar ya” selidik Angel. Kyra mengangguk. “Kok dia bisa nganterin kamu ke kampus?” kata Angel lagi. “Tadi kebetulan ketemu di depan SD. Terus dia ngasih tumpangan aku nyampe sini” “Terus kamu berterima kasih dengan cara mencium dia, gitu?” kata Angel tajam. Angel emang orangnya kalau ngomong blak-blakan, kelewat jujur pokoknya. Kyra sudah mengenal Angel cukup lama sehingga ia sudah kebal dari rasa tersinggung. “Enak aja. Orang dia yang nyium aku duluan kok” sanggah Kyra. Angel menatapnya tajam. Kyra gelagapan ditatap seperti itu. “Njel..ini ga seperti yang kamu kira…” “Aku ga ngira kamu apa-apa kok. Aku Cuma heran, kamu baru kenal Ditmar seminggu, tapi kamu uda ngebiarin itu cowok ngubek-ngubek kamu. kamu suka ma dia? Inget Fares Ra…pikirin akibatnya kalau Fares dan keluargamu tahu tentang hal ini…” Kyra menunduk. Dia paham betul apa yang akan terjadi kalau hubungannya dan Fares sampai kandas. Hidupnya akan hancur. Masa depannya akan runtuh dalam sekejap saja. Karena Fares adalah tiketnya untuk mendapatkan pengakuan bahwa ia pantas menjadi putri Zaves, walikota terhormat di kota ini. Zaves dan ibunya tidak pernah menikah. Kyra lahir saat Zaves baru meniti karir politiknya. Karena citra merupakan hal yang sangat penting di dunia politik, maka Zaves tidak mengakui kalau Kyra adalah putrinya. Kyra hanya diasuh oleh Liana, ibunya dan neneknya. Ia tak pernah mengenal sosok ayahnya. Ketika Kyra berusia satu tahun, Zaves menikah dengan Patricia, putri seorang pejabat pemerintahan yang terpandang. Langkah itu terpaksa ditempuh Zaves agar ambisinya menjadi seorang ketua dewan perwakilan rakyat bisa terwujud. Dan memang, dalam waktu singkat karir Zaves langsung melesat. Zaves semakin sibuk, ia tak pernah punya sisa waktu untuk Liana dan putri kecilnya. Apalagi ketika Patricia melahirkan seorang putri juga, keberadaan Liana dan Kyra semakin terlupakan. Seminggu setelah ulang tahun Kyra yang ke-10, Liana dan neneknya meninggal dalam sebuah kecelakaan bus. Kyra mendadak kehilangan semua orang yang menyayanginya. Dia sempat tinggal dipanti asuhan selama 3 bulan sebelum akhirnya Zaves menjemputnya untuk tinggal bersamanya. Sebenarnya ada seseorang yang hendak mengadopsi Kyra, tapi orang itu mengurungkan niatnya setelah tahu kalau Kyra akan diasuh oleh ayah kandungnya. Sejak saat itu, Kyra tinggal bersama Zaves dan keluarganya. Patricia tidak pernah menyukai Kyra. Begitu juga Marlena, adik tirinya. Selama ia tinggal di rumah itu, ia tidak pernah merasa diterima. Ia selalu merasa menjadi orang luar karena mereka memang selalu memperlakukan ia seperti itu. Apa yang ia lakukan tidak pernah benar di mata Zaves dan Patricia. Mereka tak segan memukulnya jika Kyra berbuat salah sedikit saja. Dan Kyra tak pernah melawan, ia sadar ia tak punya daya untuk melakukannya. Nasibnya sedikit berubah saat Fares, pewaris kekayaan keluarga Rosdale yang tersohor itu, menaruh hati pada Kyra. Kyra, yang masih polos dan lugu, mulanya ragu menerima Fares. Tapi kegigihan Fares membuat Kyra luluh. Hubungannya dengan Fares disambut baik oleh ayahnya dan ibu tirinya. Ayahnya butuh sponsor untuk membiayai kampanyenya agar ia dapat kembali menjadi walikota. Dan keluarga Rosdale tak keberatan membiayai kampanye itu. Ayahnya pun sukses kembali menjadi walikota, dan ambisi Patricia untuk selalu menjadi orang paling dihormati di kota pun terwujud sudah. Karena itu, kehadiran Ditmar dalam hidupnya mengacaukan segalanya. Penerimaan Zaves adalah hal yang mutlak bagi Kyra, dan ia tahu kalau kedekatannya dengan Ditmar akan menghancurkan usaha yang telah ia lakukan selama ini. Karena itu, mau tidak mau Kyra harus menghindari Ditmar. Malam itu, begitu menginjakkan kaki dirumah, Kyra langsung merasakan ada yang tidak beres. Semua anggota keluarganya berkumpul di ruang tengah. Ayahnya, Patricia, Marlena dan Anthony, adik Marlena. Kyra pantas heran karena ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Semua mata memandangnya tajam begitu ia melangkah masuk ruangan. “Ayah?Ibu? ada apa?” Tanya Kyra. Bukannya menjawab, Patricia justru langsung menampar Kyra keras-keras. Kyra sampai jatuh terpelanting ke lantai. “Dasar pelacur kamu! aku tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi wanita jalang! Sekarang ngaku, kamu nginep dimana malam itu! Kami sudah tahu kalau kamu tidak menginap di rumah Angel. Ayo ngaku! Dasar wanita jalang.” Maki Patricia sambil menjambak rambut panjang Kyra. Kyra menahan sakit dalam diam, air matanya mengalir deras, tapi ia tak sedikitpun menjerit atau melawan. Kyra sudah belajar untuk menerima siksaan tanpa perlawanan, karena kalau ia melawan maka siksaan yang diterimanya akan lebih kejam lagi. “Kami juga sudah tahu kalau mlam itu kamu pergi ke Liquid. Ga nyangka ya, muka sepolos kamu ternyata suka pergi ke tempat terkutuk macam itu. Semaleman ga pulang, lagi. Kamu tuh jalang banget ya?” kata Marlena. Adik tirinya itu sudh lama menaruh iri pada Kyra. Selain krena Kyra jauh lebih cantik dari dirinya, ia juga dilanda cemburu karena Fares lebih memilih Kyra daripada dia. Melihat semua itu, Zaves hanya berdiri diam. Tatapannya tajam. Kyra selalu takut oleh sikap dingin ayahnya. Ia tahu masalah yang ia hadapi sekarang sangat pelik. Entah siksaan apalagi yang akan ia hadapi sekarang. “Kalau sampai Fares tahu tentang hal ini, kamu jangan pernah berani menginjakkan kaki dirumah ini lagi. Dan jangan pernah panggil aku ayah lagi” ucap Zaves dingin. Setelah mengucapkan hal itu Zaves segera berlalu meninggalkan ruangan. “Kamu dengar itu?Jangan sekali-sekali berbuat hal menjijikkan itu lagi, ngerti?” ancam Patricia. Kyra Cuma dapat meringkuk di lantai menahan sakit. Ia nyaris tak menyadari saat tubuhnya diseret menuju gudang. Malam ini Patricia mengurungnya di gudang belakang tanpa diberi makan. Kyra berbaring di lantai yang dingin dank eras, dengan sekujur tubuh yang nyeri karena siksaan Patricia dan Marlena. Perutnya yang kosong terasa perih, matanya yang tak berhenti menangis terasa bengkak. Kyra berbaring antara sadar dan tidak. Ketika Kyra terbangun, hari sudah siang karena secercah sinar matahari masuk melalui celah ventilasi. Kyra terbatuk-batuk karena debu mencemari tenggorannya. Tubuhnya terasa sakit semua, tenaganya nyaris tak ada. Bahkan untuk membuka mata saja Kyra tak sanggup hingga ia jatuh pingsan lagi. Kyra sadar ketika merasa ada seseorang yang memanggil-manggil namanya. Kemudian ia mersakan pergelangan tangannya diraba, dan bahunya diguncangkan. “Non,Non Kyra bangun Non..”kata Marni, pembantu rumah tangganya, dengan panic. Susah payah Kyra membuka mata. Begitu melihat Kyra sudah sadar, Marni menghela nafas lega. “Syukur kalau Non uda sadar. Ayo Non, saya bantu keluar dari ruangan ini. Habis ini Non makan ya, Mbok Minah uda masak enak buat Non” ucap Marni penuh perhatian. Kyra berdiri susah payah dengan dipapah Marni. Pembantu rumah tangga itu begitu trenyuh dengan nasib juragannya ini. Sudah dihajar, dikurung di gudang tanpa diberi makan sehari semalam penuh. Nyonya Patricia memang sangat kejam, batin Marni. Padahal menurut Marni, Non Kyra adalah gadis yang baik, penurut dan sopan. Berbeda sekali dengan Non Marlena yang kasar dan sombong. Lagipula Non Kyra itu cantik sekali, pantas saja kalau Non Lena iri. Ditmar langsung menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres saat ia tak juga melihat Kyra di sekolah tempat gadis itu mengajar. Ia sudah menunggu gadis itu seharian, di kampus juga, tapi ia tak juga melihat sosok Kyra. Perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk terjadi, tapi Ditmar berusaha menepis perasaan itu. Menjelang malam, Ditmar masih memarkir mobilnya di depan kampus. Matanya melihat seorang gadis berambut pendek yang baru keluar dari gedung kuliah. Angel. Tapi gadis itu sendirian saja. Tidak bersama Kyra. Dengan segera ia turun dari mobil dan mengejar Angel. “Hey! Kamu tahu di mana Kyra?” Tanya Ditmar tiba-tiba. Angel memandang Ditmar tak mengerti. “Kamu nanya aku?” Angel balas bertanya. “Iya. Seharian ini aku ga liat dia di sekolah maupun di kampus. Kyra sakit?” Tanya Ditmar. Angel tak percaya, tapi ia benar-benar mendengar ada nada cemas disitu. “Ngapain kamu kuatir ma Kyra? Kamu kan bukan apa-apanya dia.” Ketus Angel. Angel tau betul reputasi buruk cowok ini. Angel juga paham kalau Ditmar dibiarkan mendekati Kyra, maka hidup Kyra akan kacau. “Terserah aku. Kamu cuma tinggal jawab dimana Kyra, dia sakit atau ga. Itu saja” kata Ditmar tegas. “ Aku juga ga tahu. Mungkin dia lagi berduaan ma Fares.” “Di hari kerja kayak gini? Ga mungkin” “ Apanya yang ga mungkin? Mungkin Fares kangen ma Kyra terus dia ngajak Kyra kemana gitu. Biasanya juga gitu kok. Jadi kamu ga perlu khawatir” kata Angel. Dia puas melihat tampang Ditmar berubah keruh. Agak menyeramkan si, tapi cowok ini harus sadar kalau Kyra sudah punya tunangan. “Bisa kamu coba telpon dia?” suara Ditmar melembut. Angel menggeleng. “Seharian ini nomernya ga aktif” “Ga aktif? Dan kamu bilang kalau dia ga apa-apa?” suara Ditmar meninggi. “Kalo Kyra lagi ma Fares emang biasanya gitu ox. Dia suka matiin hapenya biar ga ada yang bisa ganggu”. Ditmar menatap Angel dengan tajam. Angel mengkeret. “aku minta nomernya Kyra” Angel pun tak berani menolak. Selain ngeri karena tatapan Ditmar yang tajam dan menusuk, dia juga ngeri dengan tampang dan sosok Ditmar yang rada-rada preman. Badan tinggi besar, tato di lengan kanan, yah, walaupun tampangnya ganteng juga si, tapi Angel ngeri. Dua hari kemudian, Kyra muncul di kampus. Wajahnya agak pucat, tapi secara keseluruhan Kyra nampak baik-baik aja. “Ra, kenapa kamu ga ngabarin aku sih? Kan aku bisa njenguk kamu. kamu ni kebiasaan, kalo sakit ga pernah bilang-bilang” omel Angel menyambut kehadiran Kyra. Kyra Cuma senyum-senyum aja. “Masa sakit harus kasih pengumuman sih..lagian juga Cuma masuk angin biasa, ga usah berlebihan gitu deh Njel,” ucap Kyra tenang. “Berlebihan gimana? Aku khawatir tauuuuu…kamu nih, orang khawatir malah dibilang berlebihan. Eh, ngomong-ngomong soal khawatir, ada orang lain yang ga kalah khawatir dari aku loh…” Kyra mengerutkan kening. “Siapa? Bukan Fares yang pasti…” “Ditmar” “Hah??” “Iya Ra, dia baru ga ngeliat kamu seharian aja uda neror aku terus. Nanya kamu dimana, ngapain, kenapa ga kuliah atau ngajar. Tiap hari aku ditelpon, nanya aku uda dapat kabar dari kamu apa belum. Posesif banget tu orang. Padahal kamu bukan apa-apanya dia. Coba kalo kamu jadi pacarnya, dia pasti ga bakal ngebiarin kamu lecet dikit aja” kata Angel semangat. “Kamu ko jadi ngomong gitu si Njel..bukannya kemaren dulu kamu ga suka liat Ditmar ngejar-ngejar aku…” “ ga kenapa-kenapa juga sih.. aku Cuma ngeliat dia serius sayang ma kamu Ra. Kamu juga masih ingat kan kalau dia uda ngejar kamu dari SMA? Dan sampe sekarang pun sikapnya ke kamu ga berubah sama sekali. Tetep posesif, cenderung psyco tapi ngelindungi kamu banget. Dan ga pernah maksa kamu untuk merhatiin dia” Kyra termenung menyadari kebenaran ucapan Angel. Ditmar adalah kakak kelasnya dulu saat SMA. Ditmar kelas 3, dan Kyra kelas 1. Bahkan dari SMA pun Ditmar udah dikenal sebagai cowok berandalan biang onar di sekolah mereka. Karena itu Kyra tidak pernah berani dekat-dekat dengan Ditmar. Melihatnya dari jauh saja sudah cukup membuat ngeri, apalagi dekat-dekat. Tapi Ditmar langsung menaruh hati begitu melihat Kyra. Dan dia sering mencuri kesempatan untuk bisa mendekati Kyra. Dengan sering menyambangi kelas Kyra, diam-diam membantu Kyra menyelesaikan tugas karya seni, menaruh jus alpukat di mejanya dan satu hal yang tidak pernah dilupakan Kyra: menggendong Kyra saat gadis itu pingsan waktu kemping sekolah. “ tapi itu kan ga berarti apa-apa, Njel. Kamu kan tau reputasi Ditmar gimana, dia pasti ngelakuin hal yang sama dengan cewek lain. Ga mungkin Cuma ma aku doang.” Sergah Kyra. Angel diam saaja, tapi dalam hati ia tidak menyetujui ucapan Kyra tadi. Bagi orang yang mendampingi Kyra setiap waktu, dan bagi orang yang juga memahami betul sikap Ditmar, perasaan Ditmar terhadap Kyra bukanlah hal yang lumrah dialami oleh Ditmar. Dan ia tahu pesis kalau Ditmar tidak pernah melakukan hal yang sama terhadap gadis lain selain Kyra. Tapi Angel menahan diri untuk tidak mengatakan hal itu kepada Kyra. Ia tak mau Kyra menjadi semakin simpati terhadap Ditmar, karena kehadiran Ditmar hanya akan menyebakan kekacauan. “ uda jam segini Ra, aku balik dulu ya…” pamit Angel. Kyra mengangguk. “ dijemput Andre?” Tanya Kyra. “iya. Aku kangen ma dia nih..uda seminggu ga ketemu” kata Angel sambil cengengesan. “Dasar…baru juga seminggu ga ketemu”goda Kyra. “biarin..sirik aja. Aku cabut dulu ya Ra..kamu jangan ceroboh kalau aku tinggal sendiri…” “iya iya…emangnya aku anak kecil apa. Uda sana, ati ati ya..” “beress..” Kyra tersenyum memandang kepergian sahabatnya itu. Mereka berteman sejak SMP, dan sampai sekarang hubungan mereka masih sangat dekat. Kyra beruntung memiliki Angel dalam hidupnya. Kyra selalu dapat mencurahkan segala isi hatinya kepada sahabatnya itu. *** Seminggu tanpa melihat Kyra terasa lama sekali untuk Ditmar. Ditmar merasa heran dengan dirinya sediri. Dulu saat ia tak pernah mengenal dan tak pernah punya kesempatan untuk mendekati Kyra ia tak pernah merasakan rindu seperti ini. Tapi begitu ia mengenal Kyra, tak bertemu beberapa hari saja ia sudah tak tahan. Seperti minum air laut, semakin ia banyak minum maka semakin haus. Begitu juga dengan dirinya, semakin ia dekat dengan Kyra maka semakin ia ingin selalu dekat dengan gadis itu. “ elo kenapa Dit, dari kemaren aku perhatiin elo ga semangat banget” tegur Tio, sahabat sekaligus tangan kanannya pada perusahaan. “ ga apa-apa. Lagi gak mood mau ngapa-ngapain” jawab Ditmar. “ nyari cewek dong! Kayanya ni gara-gara elo kelamaan selibat “ “ gue lagi ga selera nyari cewek’ “ alaah..lo kaya gini juga pasti gara-gara cewek. Gue heran, cewek kaya apa sih yang bisa bikin elo jadi kaya gini..” balas Tyo. “elo ngomong apa sih. Ngawur aja..” Ditmar mengelak. “ juju raja Dit ma gue. Gue uda kenal elo dari kecil. Pasti Kyra kan yang ada di pikiran elo?” Tanya Tyo langsung. Ditmar menghela nafas panjang. “ uda seminggu gue ga ketemu dia. Kata temennya dia sakit” “trus? Elo khawatir gitu?” Ditmar mengangguk. “ gue pengen nyulik dia trus gue bawa dia jauh dari sini.” “ kenapa ga elo lakuin?” tantang Tyo. “ karena gue belum yakin dia bahagia hidup sama gue. Kalo dia uda takluk, baru gue bawa pergi dia” “ sinting elo. Dia anak walikota Dit, bukan cewek sembarangan” “ gue juga bukan orang sembarangan lagi sekarang. Kalo dulu gue ga bisa deketin dia karena miskin, sekarang gue kaya. Gue bisa dapetin dia” “ iya gue tau. Tapi ngedapetin Kyra bukan perkara gampang Dit. Dia uda tunangan uga kan” “ gua ga akan nyerah” “ iya deh, gue percya. Oh ya Dit, gue baru inget. Kita dapet undangan pesta nanti malem” “ pestanya siapa?” ditmar nampak tidak antusias. “ pak harsono, dirut Cemara Emas. Anniversary yang ke 25 kayaknya. Banyak cewek-cewek pasti. Ikut ya?” “males gue..” “ ayolah…daripada elo bertapa di apartemen berantakan ini?” “ Gue ga mau.” “ mungkin disana elo bisa ketemu Kyra. Fares diundang. Dan gue yakin dia ngajak tunangannya” *** Kyra menatap bayangannya di cermin. Tubuh indahnya terbalut gaun hitam pendek. Gaun itu sederhana tetapi anggun. Dengan riasan yang tepat, wajah cantik Kyra semakin terlihat menawan. Rambut panjangnya disanggul dengan manis. Aksesoris yang melekat di tubuh Kyra hanya seuntai kalung mutiara bersusun tiga. Perhiasan mahal itu dihadiahkan Fares saat mereka bertunangan. Fares datang menjemputnya dengan mobil mewah keluaran terbaru. Setengah jam kemudian mereka telah sampai di ballroom sebuah hotel berbintang lima. Ruangan itu telah penuh dengan para tamu undangan berpenampilan mewah. Para tamu wanitanya berdandan habis-habisan. Meski begitu, saat Kyra dan Fares memasuki ruangan besar itu, mata sebagian tamu langsung tertancap ke sosok Kyra. Termasuk Ditmar yang tak sedetikpun mengalihkan pandangannya dari Kyra sejak gadis itu memasuki ruangan. Ditmar berdiri di pojok ruangan, mengawasi Kyra dalam diam. Sosoknya saat itu terlihat tampan tapi tetap terlihat berbahaya. Tubuh tinggi besarnya terbalut setelan jas hitam dengan desain yang sempurna. Kemejanya tanpa dasi dan beberapa kancing atasnya dibiarkan terbuka. Dagu dan rahangnya yang tajam ditumbuhi cambang halus yang membuatnya semakin terlihat tajam dan maskulin. Tyo menyenggol lengan Ditmar keras-keras. “ lama-lama elo bisa ngeces kalo kaya gitu cara elo ngeliatin Kyra” tegur Tyo. Ditmar menggeram. Ekspresi wajahnya mengeras karena emosi. “ pengen gua patahin tangan si brengsek itu!” kata Ditmar geram. Tyo baru mengerti maksud kata-kata Ditmar itu saat melihat Kyra dan Fares di sudut ruangan yang lain. Saat itu Fares tengah merangkul Kyra dengan mesra. “ si brengsek itu berhak ngelakuin itu Dit. Kan Kyra tunangannya” goda Tyo. Mendengar kata-kata Tyo itu raut wajah Ditmar semakin mengeras, makin geram dia. Dengan emosi Ditmar bangkit hendak menuju kearah Kyra, tapi Tyo buru-buru mencegah. “ eit eit..sabar Dit..jangan bikin rebut di pesta orang” kata Tyo sambil mendorong Ditmar kembali duduk. Ditmar menyerah dan kembali duduk. Ditmar uda pengen banget mendekati Kyra. Kesempatan itu datang saat semua orang turun ke lantai dansa. Kyra dan tunangannya ikut pula dalam kerumunan orang-orang yang sedang asik berjoged mengikuti music yang sedang diputar. Dengan mantap Ditmar menyibak kerumunan orang, menahan amarah yang nyaris tak lagi dapat ditahan saat melihat betapa mesranya Fares merangkul Kyra. Kyra membiarkan Fares merangkul pinggangnya. Suasana hati Fares sedang baik, sehingga Kyra tidak berniat menrusaknya dengan bertingkah aneh. Tengah ia menikmati music yang lembut itu, dari sudut matanya ia melihat sosok tinggi besar dalam balutan setelalan jas hitam. Wajah tampannya tak asing sama sekali bagi Kyra. Dan mata tajam itu menghujam lurus-lurus kearahnya. Kyra nyaris menggigil ditatap seintens itu. Kyra hamper-hampir merasa cemburu saat Ditmar meraih seorang gadis dalam pelukannya, dan mereka berdansa bersama. Ucapan-ucapan Fares tak lagi ia dengar, karena ia tak mampu melepaskan tatapannya dari sosok Ditmar. Tanpa sadar Kyra mengerucutkan bibirnya “ Kyra? Kamu kenapa?” tegur Fares menyadari perubahan ekspresi Kyra. Kyra tergagap, cepat-cepat ia menarik ujung bibirnya membentuk senyuman. “ ga apa-apa Res. Aku Cuma kebelet pipis” ucap Kyra sambil meringis lucu. Mau tak mau Fares ikut tersenyum. Dengan gemas ia mengacak-acak rambut Kyra. “ ya uda sana ke toilet dulu..aku mau ngajak dansa nyonya rumah pesta ini..” “ oke deh..pergi dulu ya…” Dengan ekor matanya ia melihat Kyra melepaskan dirinya dari pelukan Fares dan memisahkan diri dari lantai dansa. Buru-buru Ditmar melepaskan gadis yang tadi ia ajak dansa, dan dengan langkah lebar-lebar ia menyusul Kyra. Kyra agak bingung mencari letak toilet. Untuk mencapai toilet ia harus melewati beberapa lorong gelap dan sepi. Gadis itu menarik napas panjang saat menemukan ruangan yang ia cari. Saat ia baru melewati sebuah lorong gelap untuk kembali ke ballroom, tiba-tiba sebuah lengan kuat menariknya masuk ke dalam kegelapan. Kyra tak sempat menjerit karena tubuhnya didekap kuat-kuat pada sebidang dada lelaki yang keras. Kyra megap-megap, memberontak sejadi-jadinya tapi tiba-tiba ia berhenti saat ia mencium aroma maskulin khas yang ia kenal. Kyra mendongak dan terkesiap. “ ditmar!” “ apa sayang? Masih ingat aku?” *bersambung*

Jumat, 19 Februari 2010

membeku


lelah berharap
lelah menggantung angan
lelah memaksakan senyum
letih menyuarakan tawa

enggan beranjak
hanya ingin sejenak
untukku bernapas tanpa rasa sakit
untukku memejamkan mata tanpa kelebat mimpi buruk


hanya ingin terlelap dipeluk awan

pasrah


kurelakan smuanya untk musnah
kpasrahkan segalanya untuk hancur

saat pertama

Apapun yang kita lakukan untuk pertama kali,pasti tidak langsung bisa apalagi mahir.Begitu pula dengan saya yang baru pertama kali mebuat blog.Ibarat bayi yang baru belajar berjalan,langkah pertama pasti masih tertatih-tatih bahkan tak jarang jatuh.Tapi itulah indahnya belajar,sesakit apapun proses yang kita lalui akan terasa manis pada akhirnya,,

salam manis,ria.